Kamis, 24 Mei 2012

KONEKSI OTAK MACET SEIRING USIA


KONEKSI OTAK MACET SEIRING USIA
Hal ini tak dapat dihindarkan: kemacetan koneksi di otak memperlambat waktu respon fisik kita ketika kita bertambah tua, menurut penelitian baru. Reaksi yang lebih lambat ini terhubung dengan gangguan yang terkait dengan usia pada corpus callosum yang merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai bendungan selama gerakan motorik satu sisi untuk mencegah koneksi yang tak diinginkan atau komunikasi silang antara kedua belahan otak, kata Rachael Seidler yang merupakan profesor di Universitas Michigan School of Kinesiology dan Bagian Psikologi, dan yang merupakan ketua penelitian itu, seperti yang dilansir pada tanggal 19 Agustus 2010 oleh ScienceDaily.
Pada waktu lain, fungsi corpus callosum sebagai jembatan dan komunikasi silang, bermanfaat seperti dalam fungsi-fungsi kognisi tertentu atau keahlian motorik dua sisi. Penelitian Universitas Michigan ini merupakan yang pertama menunjukkan bahwa komunikasi silang terjadi bahkan ketika orang dewasa tua sedang beristirahat, kata Seidler yang juga mengambil bagian di Program Studi Lanjut Institut Gerontologi dan Neurologi. Komunikasi silang yang tidak bekerja ini menunjukkan bahwa tidaklah bdrmanfaat bagi kedua belahan otak untuk berkomunikasi selama pergerakan motorik satu sisi karena sisi otak yang lain mengontrol bagian tubuh yang sedang bergerak. Maka, ketika kedua sisi otak berkomunikasi secara bersamaan sementara satu sisi tubuh mencoba untuk bergerak, akan terjadi kebingungan dan respon yang lebih lambat, kata Seidler. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa komunikasi silang dalam otak selama aktifitas motorik meningkat seiring usia tapi tidaklah jelas jika komunikasi silang membantu atau menghalangi fungsi otak, kata Seidler.

"Komunikasi silang bukanlah sebuah fungsi kesulitan aktifitas karena kita melihat perubahan pada otak ketika orang tidak bergerak," kata Seidler. Pada beberapa penyakit di mana corpus callosum sangat mengalami kemunduran seperti pada orang-orang yang menderita sklerosis multipel, anda bisa melihat "pergerakan kembar" selama aktifitas motorik satu sisi, di mana kedua sisi bergerak bersama karna ada banyak komunikasi antara kedua belahan otak, kata Seidler. Pergerakan kembar ini juga secara normal terjadi pada anak-anak yang masih sangat muda sebelum corpus callosum berkembang dengan sempurna. Pada penelitian itu, para peneliti memberikan tuas kendali pada orang dewasa berumur antara 65 dan 75 lalu mengukur dan membandingkan waktu respon mereka dengan kelompok usia 20-25 tahun. Para peneliti kemudian menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetik untuk memetakan kadar oksigen darah di berbagai tempat di otak, dengan kata lain pengukuran aktifitas otak.

"Lebih banyak mereka menggunakan sisi otak lainnya, lebih lambat mereka merespon," kata Seidler. Namun ada harapan, penuaan yang tak terelakkan bukan berarti sudah menjadi nasib kita untuk bereaksi lebih lambat. Seidler dan timnya tengah mengerjakan studi pengembangan dan pengontrolan latihan motoris yang mungkin bisa membangun kembali atau menjaga corpus callosum untuk membatasi arus berlebihan antara kedua belahan otak, katanya. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh tim lain menunjukkan bahwa melakukan latihan aerobik selama tiga bulan membantu membangun kembali corpus callosum, katanya, yang menunjukkan bahwa aktifitas fisik bisa membantu mengimbangi efek-efek degenerasi yang terkait dengan penuaan. Seidler dan timnya juga merevisi studi yang mengunakan teknik pemetaan otak untuk memeriksa penyakit yang terkait dengan perubahan otak pada pasien-pasien yang menderita penyakit parkinson.

Studi itu diberitakan di jurnal Frontiers in Systems Neuroscience.

Penemuan Cara Mengatasi Kegelisahan


Penemuan Cara Mengatasi Kegelisahan
Para ilmuwan dari the Agency of Science, Technology and Research/Duke-NUS Neuroscience Research Partnership, A*STAR's Institute of Molecular and Cell Biology, dan the National University of Singapore membuat sebuah terobosan mengenai bagaimana kegelisahan diatur dalam otak vertebrata.
Karya mereka memberikan pencerahan tentang bagaimana otak secara normal menghentikan kegelisahan dan juga memastikan relevansi ikan zebra sebagai model bagi gangguan psikiatris manusia. Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Suresh Jesuthasan menunjukkan bahwa mengganggu atau mengacaukan rangkaian neuron (sel saraf) tertentu dalam habenula, mencegah respon normal terhadap situasi stres. Dalam eksperimen-eksperimen mereka, tim ilmuwan tersebut melatih anakan ikan zebra untuk berenang menjauh dari sebuah cahaya untuk menghindar dari sengatan listrik ringan. Ikan-ikan normal dengan mudah mempelajari hal tersebut, akan tetapi ikan-ikan yang rangkaian tertentu di bagian habenulanya dirusak, menunjukkan tanda-tanda "ketidakberdayaan". Walaupun pada mulanya mereka mencoba menghindari sengatan tersebut, mereka cepat menyerah. Lebih lagi, ikan-ikan ini menunjukkan indikasi bahwa mereka lebih gelisah daripada ikan-ikan normal, misalnya gampang ditakutkan dengan rangsangan yang tak berbahaya. Oleh karena kemiripan otak ikan zebra dengan otak mamalia, studi tersebut menunjukkan bahwa malfungsi habenula bisa merupakan penyebab gangguan kegelisahan tertentu pada manusia. Hal ini berarti bahwa stimulasi langsung habenula bisa saja digunakan sebagai cara untuk mengobati beberapa tipe gangguan kegelisahan pada manusia. Model ikan zebra yang dikembangkan oleh para ilmuwan tersebut dalam penelitian mereka bisa juga digunakan dalam usaha penemuan obat-obatan psikiatris di masa yang akan datang. Seperti yang dikutip Eureka! Science News, Dr. Jesuthasan mengatakan, "Penelitian kami berhubungan dengan aspek-aspek dasar pengalaman manusia yaitu stres dan kegelisahan. Kami pikir bahwa habenula otak terasosiasi dengan penilaian apakah suatu stres telah diatasi. Studi kami menyediakan satu penjelasan mengenai mengapa kebutuhan untuk mengontrol lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam tingkah laku manusia, karena perasaan kontrol memungkinkan organisme untuk mengatasi stres."

Dr. Jesuthasan dan timnya berencana untuk melanjutkan studi habenula pada manusia dan juga mengeksplor bagaimana mereka dapat menggunakan pengetahuan mereka tentang fungsi habenula untuk mengobati gangguan kegelisahan.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Current Biology.

Rabu, 23 Mei 2012

KEJU SEBAGAI KOLOID


Keju (dipinjam dari bahasa Portugis, queijo) adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi.

Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet. Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk keju. Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur, metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan pengawetan.Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi. Air susu unta, kambing, domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal. Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses pemanasan susu. Walaupun ada ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia, namun keju secara mendasar dibuat dengan cara yang sama. Keju merupakan makanan yang penuh dengan nutrisi. Keju memiliki banyak elemen yang sama dengan susu, yaitu protein, lemak, kalsium dan vitamin. Satu pon keju memiliki protein dan lemak yang sama jumlahnya dengan satu galon susu. Keju dengan tingkat kelembaban yang tinggi memiliki konsentrasi nutrisi yang lebih rendah dibandingkan dengan keju yang tingkat kelembabannya rendah.

Macam-macam Keju
Berdasarkan tekstur
  • Keju keras
  • Keju iris
  • Keju iris semi keras
  • Keju lunak
Berdasarkan proses pematangan
  • Keju yang bakterinya dimatangkan dari dalam
  • Keju yang dicuci kulitnya
  • Keju bercoreng biru
  • Keju berlapis kapang
  • Keju yang tidak dimatangkan
Berdasarkan kulit
  • Keju berkulit keras
  • Keju yang tertutup dengan bulu halus
  • Keju berkulit alami
  • Keju yang kulitnya dicuci dengan air asin
  • Keju biru
  • Keju segar
  • Berdasarkan jenis susu yang digunakan
Berdasarkan jenis susu yang digunakan
  • Keju dari susu kambing
  • Keju dari susu domba atau biri-biri
  • Keju dari susu campuran (dibuat dari kombinasi dua jenis susu atau lebih)
  • Keju dari susu mentah
Keju proses
Keju proses berbeda dengan keju-keju kategori lainnya karena keju ini tidak diproduksi langsung dari susu segar tetapi dibuat dari keju yang sudah matang. Sisa-sisa dari berbagai macam keju dicampur menjadi satu kemudian digiling, diberi garam dan dipanaskan. Keju proses tersedia dalam berbagai macam bentuk.
Keju segar
Keju segar tidak melalui proses pematangan seperti keju-keju lainnya. Bagian padat dari keju ini mencapai 20%.
Pasta filata
Pasta filata merupakan nama untuk sekelompok keju yang dadihnya dipanaskan dengan air panas, diadoni dan dibuat menjadi untaian tali setelah diasamkan.
Keju krim asam
Kandungan air pada keju krim asam berkisar antar 60-73%. Keju tipe ini diproduksi dari keju asam rendah lemak, karena itulah keju ini memiliki kandungan kalori yang rendah dan protein yang tinggi.
Keju vegetarian
Sebagian besar keju diproduksi dengan menggunakan rennet yang berasal dari binatang, yang diambil dari perut sapi atau domba.Saat ini, ada banyak alternatif pengganti rennet yang berasal dari binatang.


  KEJU SEBAGAI KOLOID

Keju merupakan suatu sistem koloid jenis emulsi. Menurut Elaine(2006) sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair. Emulsi dapat terbentuk karena adanya koloid lain (emulgator/pengemulsi) sebagai pengadsorpsi. Keju dibuat dengan cara koagulasi (penggumpalan) kasein susu membentuk dadih atau curd(Koswara,2007). Penggumpalan kasein dapat juga dilakukan dengan fermentasi bakteri asam laktat. Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Dengan demikian keju dapat dikatakan sebagai koloid.
Berikut ini adalah langkah-langkah  dalam pembuatan keju yang dikatakan sebagai koloid,
1.    Pasteurisasi
Susu yang diperuntukkan untuk keju mentah (keju segar) harus dipasteurisasi. Secara tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu keju sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah “blowing” dan perkembangan rasa tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan pembentuk spora (terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering digunakan adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen peroksida (H2O2) juga digunakan. 

2. Biakan Biang
Tugas utama biakan adalah mengembangkan asam dalam dadih. Ketika susu mengental, sel-sel bakteri terkonsentrasi dalam koagulum dan kemudian dalam keju. Dua tipe utama biakan yang digunakan dalam pembuatan keju biakan mesophilic dengan suhu optimum antara 20 dan 40 °C serta biakan thermophilic yang berkembang sampai suhu 45 °C. Jika biakan juga mengandung bakteri pembentuk CO2, pengasaman dadih disertai dengan produksi karbondioksida, melalui aksi bakteri pemfermentasi asam sitrat.
Penambahan lain sebelum pembuatan dadih
·         Kalsium Klorida (CaCl2 )
Jika susu untuk pembuatan keju merupakan kualitas rendah, maka koagulum akan halus. Hal ini menyebabkan hilangnya “ fines ” (kasein) dan lemak, serta sineresis yang buruk selama pembuatan keju. Dengan penambahan CaCl2 akan menghasilkan koagulum yang keras.
·         Karbondioksida (CO2)
Penambahan CO2 adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas susu keju. 
·         Saltpetre (NaNO3 atau KNO3)
Masalah fermentasi bisa dialami jika susu keju mengandung bakteri asam butirat (Clostridia) dan/atau bakteri coliform. Saltpetre (sodium atau potassium nitrate) bisa digunakan untuk menghadapi bakteri jenis ini.

3. Rennet
Penggumpalan kasein merupakan proses dasar dalam pembuatan keju. Hal ini umumnya dilakukan dengan rennet, tetapi enzim proteolitik yang lain juga bisa digunakan, dan juga pengasaman kasein ke titik iso-elektrik (pH 4.6-4.7). Prinsip aktif pada rennet adalah enzim yang disebut chymosine , dan penggumpalan terjadi dengan singkat setelah rennet ditambahkan ke dalam susu. Berbagai macam tipe bakteri dan jamur telah diteliti, dan enzim pengentalan yang diproduksi dikenal dalam berbagai macam nama pasaran. Teknologi DNA telah digunakan belakangan ini, dan sebuah rennet DNA dengan karakteristik identik dengan rennet anak sapi saat ini sedang dites secara menyeluruh dengan satu maksud untuk menjamin persetujuan/penerimaan.
Inilah tahapan-tahapan dalam pembuatan keju, secara ringkas keju dikatakan sebagai koloid emulsi padat, yaitu emulsi dalam medium pendispersi padat( rennet) dan zat terdispersi kasein susu . Keju juga dikatakan sebagai koloid karena prosesnya merupakan sifat dari suatu koloid yaitu dengan proses penggumpalan atau yang disebut dengan koagulasi yang nantinya sebelum membentuk keju disebut dadih. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Intinya  dalam pembuatan keju ini dengan rennet yang ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Kemudian Beberapa keju lunak dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih. Semakin kecil potongan dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.
 Kesimpulan :

Keju merupakan koloid yang berjenis emulsi padat yaitu terdiri dari rennet dan kasein susu dalam pembuatannya dimana kasein susu terdispersi pada pendispersi rennet atau tambahan zat padat lain seperti kalsium klorida, kemudian dengan koagulasi pemanasan yang nantinya akan membentuk gumpalan disebut dengan  dadih yang akhirnya nanti membentuk keju.

BELAJAR IPA DI ALAM


BELAJAR DI ALAM LEBIH MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR IPA SISWA

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga yang berkompetensi untuk meneliti dunia pendidikan, diperoleh suatu hasil seperti (1) The third International Mathematics and science study Repeat (1999) bahwa kemampuan siswa di bidang matematika dan IPA menempati urutan ke 34 dan 32 dari 38 negara. (2) menurut Human Developmen Index tahun 2002 dan 2003, mutu pendidikan kita berada pada peringkat 110 dari 173 negara dan 112 dari 175 negara yang diteliti.            Kesimpulannya bahwa mutu pendidikan di negara kita tergolong rendah, bahkan lebih rendah dari negara Vietnam. Dengan berbagai hasil tersebut tentu kita bertanya–tanya ada apa dengan sistem pendidikan kita? Apanya yang salah dengan pendidikan kita? Apa yang harus kita lakukan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan negara kita. Berbagai pertanyaan akan muncul dari benak kita selaku orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hal yang demikian juga muncul dalam diri penulis. Hal tersebut tentunya menggugah kita semua selaku insan yang bersentuhan langsung dengan pendidikan untuk lebih berdaya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan lebih khusus lagi mutu pembelajaran.
           Pemerintah yang dalam hal ini paling bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya sebagai langkah in servece training melakukan berbagai penataran dan Diklat, untuk meningkatkan mutu dan kompetensi guru. Hal tersebut tentu karena adanya suatu asumsi bahwa “Terdapat korelasi yang cukup signifikan antara kompetensi guru dengan kemampuan guru tersebut dalam merancang strategi pembelajaran, sehingga pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa“. Guru yang bermutu dan guru yang memiliki kompetensi paedagogis yang mantap akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik, menantang, memberikan kesan yang bermakna bagi dan menyenangkan. Lalu langkah kiat–kiat apa yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk menciptakan hal–hal yang diharapkan di atas.
           Katakanlah dalam pembelajaran IPA, agar pembelajaran IPA yang difasilitasi oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menantang, dan bermakna bagi siswa, guru harus pandai–pandai merancang strategi pembelajaran, memanfaatkan multi media, dan multi metode, multi aspek (logika, praktika, estetika ).
           Pembelajaran IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi–materi IPA dan konsep–konsep IPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metode termudah dan termurah. Tetapi dengan cara konvensional semacam ini, apakah makna dari belajar atau learning itu sendiri tersentuh? Dan apakah dengan cara–cara belajar semacam ini susuai dengan eksistensi psikologis siswa Sekolah Dasar itu sendiri. Cara–cara belajar IPA yang semacam ini tentu jauh dari kahikat IPA itu sendiri. Nada sinis yang sering dijadikan kelakar bahwa cara mengajar seperti itu dikatakan “ Sastra IPA”. Artinya tidak ada bedanya antara pembelajaran bahasa Indonesia dengan IPA.
           Untuk menciptakan suasana yang berbeda dengan hal tersebut tentu dibutuhkan kompetensi profesional yang tinggi, dan pemahaman terhadap siswa itu sendiri. Piaget, mengemukan bahwa tahapan berpikir siswa sekolah dasar berada pada tahapan konkrit operasional, artinya dalam pembelajaran siswa hendaknya dihadapkan pada hal–hal yang konkrit, atau hal-hal nyata yang ada disekitar siswa dan dikenal oleh siswa.
           Ada sesuatu yang salah dalam cara-cara pembelajaran IPA yang umumnya dilakukan teman-teman guru kebanyakan. Hal yang salah itu yaitu sebelum siswa masuk dunia sekolah siswa umumnya (1) lincah, (2) Selalu belajar apa yang diinginkannya dengan gembira, (3) menggunakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar yang menarik perhatiannya, (4) membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman lewat pengalaman nyata sehari–hari. Hal ini bertentangan dengan setelah anak masuk ke dunia persekolahan, yaitu (1) anak dipaksa belajar dengan cara guru, (2) pembelajaran berlangsung tegang, (3) suasana belajar kurang menarik dan kurang bermakna.Cara–cara seperti ini yang secara konvensional terjadi di lapangan.
           Untuk menjawab masalah–masalah di atas diperlukan langkah-langkah inovatif, yang menjadikan kita keluar dari suatu kebiasaan yang selama ini kita lakukan. Guru hendaknya terus mengikuti teori-teori baru dalam dunia pendidikan,yang menjadikannya memanfaatkan strategi belajar aktual dan kontektual. Sebagai misal kalau guru sedang membahas tentang konsep ekosistem, komunitas, pupulasi, tumbuhan (bagian–bagian tumbuhan), akan menjadikan hal lucu apabila hal tersebut diajarkan di dalam kelas dengan metode ceramah. Pembelajaran IPA semacam ini akan menciptakan pembelajaran IPA yang kering dari nilai–nilai IPA.
           Tetapi akan tercipta hal yang sebaliknya jika siswa belajar tentang komunitas sawah dan siswa benar-benar berada di sawah. Siswa belajar tentang komunitas kolam, siswa melihat, mengamati, sendiri berbagai makluk hidup yang ada kolam tersebut. Ketika siswa belajar tentang jenis-jenis tulang daun, bagian–bagian bunga, siswa pergi memetik daun sendiri, memetik dan mengamati sendiri dan menggambarkan sendiri bagian–bagian bunga. Selanjutnya sambil mencari tempat yang teduh dibawah pohon-pohon yang rindang, siswa membahas hal-hal yang ditugaskan oleh guru, bertanya tentang gagasannya yang berhubungan dengan alam sekitar, dan mempertanyakan gagasan orang lain tentang alam sekitar. Cara-cara belajar semacam ini dan cara kerja semacam ini telah menciptakan saintis–saintis muda. Tentu hal ini akan sangat berbeda dengan suasana pembelajaran tentang konsep–konsep tersebut hanya bermodalkan kapur dan papan tulis, dan menerapkan cara belajar CBSH (cata buku sampai habis). Dan akan tercipta hal yang sangat mengharukan apabila guru mengajarkan konsep IPA yang sebenarnya materinya sangat kaya di lingkungan sekitar tetapi guru mengajarkannya dengan cara berikut:
“Anak-anak coba kalian catat materi tentang ekosistem, dari halaman… sampai halaman…, ingat kalian hafalkan materi itu, karena minggu depan kita ulangan !”
           Membawa siswa langsung ke alam sebenarnya merupakan model pembelajaran kontekstual. Sebab dengan belajar secara langsung di alam siswa dapat (1) membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan baru) dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai. (2) mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dipergunakan di dunia nyata di luar kelas.
           Membawa siswa untuk belajar langsung di alam, lebih mendekatkan makna dan hakikat dari belajar (learning) itu sendiri. Belajar pada prinsipnya adalah proses membangun makna, dan tercipta antara interaksi siswa dengan lingkungan. Sedangkan perananan guru dalam rangka kegiatan pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan motifator.
           Akhir datulisan ini hendaknya merupakan suatu yang perlu kita pikirkan dan kita pertimbangkan barsama, yaitu: (1) Kalau disekitar kita tersedia lingkungan alam yang sangat kaya dengan data dan sumber belajar mengapa tidak kita manfaatkan? (2) Kalau siswa lebih mudah belajar hal-hal yang konkrit mengapa kita mengajarkannya secara abstrak? (3) Kalau di lingkungan kita tersedia sumber belajar yang murah, mengapa kita memilih yang mahal? (4) Kalau siswa belajar langsung di alam lebih menggairahkan cara belajarnya mengapa tidak kita turuti ?
Marilah kita renungkan bersama hal-hal tersebut, semoga bermanfaat.

Adapted from: artikel pendidikan

Senin, 21 Mei 2012

salah satu keistimewaan urin manusia

Urine (Ternyata) Mengandung Hormon Awet Muda
http://media.vivanews.com/thumbs2/2012/04/05/150245_air-seni-dalam-tabung_300_225.jpg
Air seni
VIVAnews - Urine telah menjadi topik perbicangan hangat akhir-akhir sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Universitas Delft di Belanda juga telah mengembangkan teknis pemrosesan urin. Baru-baru ini mereka berhasil mendapatkan hak paten di China, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Eropa.
Beberapa tahun sebelum ini, berkembang terapi minum urine untuk mengobati berbagai penyakit. Seperti dilansir oleh laman AskMen, kantor berita Xinhua menayangkan bahwa lebih dari tiga juta warga China minum air kencing mereka sendiri karena diyakini baik untuk kesehatan. Beberapa wanita Jepang juga mengakui bahwa mereka terbiasa mandi dengan “emas kuning” mereka. 
Minum urine keluar pertama setelah bangun tidur di pagi hari adalah praktek yang kerap dilakukan sebuah aliran yoga saat ini. Di Barat, praktek ini dikenal sebagai terapi air seni, dan semakin banyak naturopati dan penganut pengobatan alternatif mempromosikannya sebagai keajaiban sebuah obat. Madonna pernah mengatakan kepada David Letterman bahwa dia sengaja kencing sambil berdiri karena diva pop ini meyakini kalau air seni yang membasahi kakinya adalah obat mujarab bagi sakit kakinya itu. Begitu juga dengan petarung olahraga Martial Arts, Lyoto Machida dan Lukas Cummo, serta petinju Juan Manuel Márquez, yang mengaku minum air seni untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Pertanyaannya apakah urine berbahaya jika dikonsumsi? Berdasarkan studi yang dilakukan oleh University of Newcastle menyebutkan bahwa urine bermanfaat bagi kesehatan karena di dalam urine terkandung zat melatonin.
Pipis pertama yang dilakukan setelah bangun tidur di pagi hari  memiliki konsentrasi tinggi melatonin. Di dalam tubuh, melatonin bertindak sebagai antioksidan yang melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Lebih kerennya lagi melatonin disebut sebagai hormon awet muda. Melatonin dalam kencing tidak aktif secara fisiologis, tapi dihasilkan dari pH rendah asam lambung yang diproduksi secara alami saat Anda tidur. Makanya jika ingin pipis Anda mengandung banyak melatonin, tentu saja harus banyak terlelap.
Lalu apakah urine bercun? Singkatnya, urine tidak beracun. Tapi bukan berarti tidak beracun, urine lantas baik untuk dikonsumsi. Waspadai bakteri yang melapisi saluran kencing yang bisa mengkontaminasi urine dan menimbulkan risiko kesehatan. Karena itu, jika memang ingin mengkonsumsi urine, ambil urine yang keluar beberapa saat setelah urine pertama keluar. Ditakutkan, urine yang pertama mengandung bakteri yang dikandung oleh saluran kencing.
Bagi yang sedang mengonsumsi obat-obatan juga dilarang untuk minum urinenya sendiri. Begitu juga dengan orang yang sedang dehidrasi karena urine akan mengandung garam dan mineral yang tinggi. Alih-alih sehat, malah jadi sakit.